Being The Last Child
Alohaa internet,
Kemarin aku lagi buka galeri hape ayahku dan menemukan foto saat aku dan keluargaku umroh tahun lalu. Dan tiba-tiba teringat semua perjalanan yang sudah aku lalui selama 14 tahun aku hidup. Aku melihat fotoku pas lagi di depan Ka'bah dan asli foto itu random banget, jadi pas aku lagi berdoa terus ayahku panggil sebagai seorang manusia ya reflek aku noleh tanpa ekspresi dan aku sangat beruntung punya foto seperti itu, soalnya kakak-kakak aku gak ada yang punya foto gitu, haha.
Lanjut, aku menemukan foto saat lagi di Masjidil Nabawi, Allah, itu yang namanya rindu banget kerasa sekali cuy. Aku sampai gak bisa mikir lagi, aku pingin banget kesana lagi. Dengan orang-orang yang sama. Keluargaku. Mereka sudah selayaknya bagian terpenting dalam hidupku, sebagai anak terakhir yang kerap dipikir orang lain manja dan kekanak-kanakan. Aku disini buat membuktikan merasa salah. #asik. Hahaha. Walaupun jadi member yang termuda dikeluarga, gak ada yang namanya manja-manjaan. Yang ada disayang dan diperhatikan namun tetap dalam porsinya.
Jadi anak terakhir itu sangat bahagia, walaupun sebenernya berapapun kalian jadi anak itu semuanya menyenangkan sih. Maksudku jika salah satu dari pembaca aku ini ada yang anak terakhir pasti bisa merasakan hal ini, contohnya ya nih, sudah bisa melihat jalan mana yang akan kalian pilih suatu saat nanti, ini berarti kalian pasti sudah melihat how to survive in this world yang sudah dilakukan kakak-kakak kalian kan, nah itu yang dijadikan acuan yang baik diikuti dan yang jelek ditinggalkan. Jadinya kalian tumbuh sebagai pribadi yang bisa melihat situasi dan kondisi dulu sebelum akhirnya memutuskan sesuatu.
Kalian juga akan tumbuh dengan penuh rasa kasih sayang dari kakak-kakak kalian, or in case mereka sudah kayak penjaga aku, disaat aku butuh atau gak butuh mereka yang aku tau mereka selalu ada. I called them, Narnia. Karena kita saudara berempat. Hahaha. Dengan urutan yang sama, cowok-cewek-cowok-cewek. Walaupun tidak jarang dapet amukan dan teguran, aku tau mereka selalu ingin yang terbaik buat aku, Karena merekalah aku bisa jadi pribadi yang kayak aku sekarang, kakak aku yang pertama dan kedua sudah merantau. Jadi tinggal kakak aku yang ketiga yang sekarang selalu ada disisi aku. Meskipun tinggal berjauhan, mereka tetap memberikan perhatian yang aku butuhkan. Walaupun angka berantem, beragumen dan bersilat lidah jauh lebih besar namun apa yang seru jika persaudaraan tidak melakukan hal itu?
Tidak ada kata yang mampu mewakili betapa bahagia aku mendapatkan keluarga seperti ini, punya orang tua yang sayang dan kakak-kakak yang penuh perhatian.
"Family is God's gift for you, as you are for them"
Kemarin aku lagi buka galeri hape ayahku dan menemukan foto saat aku dan keluargaku umroh tahun lalu. Dan tiba-tiba teringat semua perjalanan yang sudah aku lalui selama 14 tahun aku hidup. Aku melihat fotoku pas lagi di depan Ka'bah dan asli foto itu random banget, jadi pas aku lagi berdoa terus ayahku panggil sebagai seorang manusia ya reflek aku noleh tanpa ekspresi dan aku sangat beruntung punya foto seperti itu, soalnya kakak-kakak aku gak ada yang punya foto gitu, haha.
Lanjut, aku menemukan foto saat lagi di Masjidil Nabawi, Allah, itu yang namanya rindu banget kerasa sekali cuy. Aku sampai gak bisa mikir lagi, aku pingin banget kesana lagi. Dengan orang-orang yang sama. Keluargaku. Mereka sudah selayaknya bagian terpenting dalam hidupku, sebagai anak terakhir yang kerap dipikir orang lain manja dan kekanak-kanakan. Aku disini buat membuktikan merasa salah. #asik. Hahaha. Walaupun jadi member yang termuda dikeluarga, gak ada yang namanya manja-manjaan. Yang ada disayang dan diperhatikan namun tetap dalam porsinya.
Jadi anak terakhir itu sangat bahagia, walaupun sebenernya berapapun kalian jadi anak itu semuanya menyenangkan sih. Maksudku jika salah satu dari pembaca aku ini ada yang anak terakhir pasti bisa merasakan hal ini, contohnya ya nih, sudah bisa melihat jalan mana yang akan kalian pilih suatu saat nanti, ini berarti kalian pasti sudah melihat how to survive in this world yang sudah dilakukan kakak-kakak kalian kan, nah itu yang dijadikan acuan yang baik diikuti dan yang jelek ditinggalkan. Jadinya kalian tumbuh sebagai pribadi yang bisa melihat situasi dan kondisi dulu sebelum akhirnya memutuskan sesuatu.
Kalian juga akan tumbuh dengan penuh rasa kasih sayang dari kakak-kakak kalian, or in case mereka sudah kayak penjaga aku, disaat aku butuh atau gak butuh mereka yang aku tau mereka selalu ada. I called them, Narnia. Karena kita saudara berempat. Hahaha. Dengan urutan yang sama, cowok-cewek-cowok-cewek. Walaupun tidak jarang dapet amukan dan teguran, aku tau mereka selalu ingin yang terbaik buat aku, Karena merekalah aku bisa jadi pribadi yang kayak aku sekarang, kakak aku yang pertama dan kedua sudah merantau. Jadi tinggal kakak aku yang ketiga yang sekarang selalu ada disisi aku. Meskipun tinggal berjauhan, mereka tetap memberikan perhatian yang aku butuhkan. Walaupun angka berantem, beragumen dan bersilat lidah jauh lebih besar namun apa yang seru jika persaudaraan tidak melakukan hal itu?
Tidak ada kata yang mampu mewakili betapa bahagia aku mendapatkan keluarga seperti ini, punya orang tua yang sayang dan kakak-kakak yang penuh perhatian.
"Family is God's gift for you, as you are for them"
Comments
Post a Comment