Ngomongin 🚅
Kayanya keseringan naik kereta api jadi bikin aku mikir bahwa perjalanan hidup itu mirip sama saat kita naik kereta. In little context, kuliahku di Surabaya dan rumahku di Malang yang bikin aku tiap kali ada kesempatan balik rumah ya paling enak naik kereta karena deket, murah dan bisa kapan aja langsung cus.
Anyways, balik lagi ke bahasan kalimat pertama di postingan ini.
Di kereta tuh orang tuh pada punya tujuannya masing-masing, in my case ya dari Surabaya Gubeng aja, ada yang berenti dan turun di Sidoarjo, Bangil, atau Lawang, dan segala tempat pemberhentian yang sudah disediakan. Mereka naik kereta sambil menikmati gronjalan demi gronjalan sembari memanjakan mata dengan pemandangan.
Kalian wajib bgt naik kereta api rute SBY-MLG karena view nya beuh, gaada dua.
Kadang kita duduk sendiri, kadang juga seat sebelah ada orangnya. Orang yang disebelah kita ini belum tentu punya tujuan yang sama kaya kita. Bisa jadi mereka turun di stasiun terdekat berikutnya atau bahkan bisa jadi dia turun di stasiun setelah kita.
Well, menurutku itu berarti sudah cukup porsi dia dalam menemani kita. Sudah cukup porsi "seseorang" dalam hidup kita. Karena apa? Ya karena tujuannya gak lagi sama. Bisa jadi kita naik dari stasiun awal yang sama, tapi berhenti dan turun di stasiun yang berbeda.
Tapi terlepas dari itu semua, perjalanan kita tetep lanjut kan? Kita tetep duduk di bangku kita sampai tiba di stasiun tujuan kita. Bisa jadi setelah "seseorang" itu pergi, nantinya akan ada orang baru yang naik dan duduk di sebelah kita menemani, bertukar pengalaman dan pandangan. Boleh jadi dia bersama kita sampai akhir perjalanan dan saat kita tiba di tujuan, tujuan kita sama.
Hidup sungguh penuh dengan kejutan.
Comments
Post a Comment