Love At The First Sight : Does It Real?

Alohaaa people, it's been a while yaa. 
Kali ini randomly aku kepikiran tentang sebenernya ada gasih cinta pada pandangan pertama tuh? Kalian percaya gak kalau kita beneran bisa jatuh cinta hanya dari pandangan pertama pada awal jumpa? Atau kalian tipe yang susah buat jatuh meskipun sudah pertemuan keseribu? Menarik sih ini.

Mungkin ya kalau dari aku pribadi, kalau pertanyaan "Do you believe in love at first sight?" ini diajukan pada saat Alfia berusia 15-17 tahun, mungkin jawabannya adalah IYA BANGET. HAAHAH, aku bisa banget liat orang terus bilang kaya "I think I saw my future inside his eyes" anjaaaai. HAHAHAHHAHA. 
Aku dulu memandang cinta adalah hal yang mudah, terlepas dari usiaku yang masih mudaaa atau caraku yang terlalu naif mengenai suatu hal. Yang jelas aku selalu berfikir bahwa cinta adalah hal sederhana, apapun jenjang atau tahapan dalam mewujudkan rasa cinta tersebut. Cinta jadi aku pandang hal yang biasa, aku dengan mudah jatuh kepada orang" yang menurutku pada saat itu "sesuai" dengan idealisme ku mengenai tipe idealku, dengan semua fantasi yang akhirnya apa? yak, betul, hanya menyakiti diri sendiri. 

Tapi kalau misalnya, sekarang ditanyai pertanyaan yang sama. Di usiaku 19 tahun ini, rasanya sudah relate dengan frasa "too old to called young, but too young to called old". I'm now somewhere in between. WKWKWK. Makin kesini, aku semakin percaya bahwa cinta itu perasaan yang sebenarnya mudah. Mudah didapatkan, mudah menghilang, mudah berubah. Maha Besar Allah dengan segala nikmat dan kuasa-Nya yang begitu mudahnya membolak-balikkan hati manusia. Yang mana bener banget emang kita gaboleh tuh namanya berharap kepada manusia, karena sebaik-baiknya tempat kita untuk berharap adalah Allah SWT. Mau sesempurna apa fisik, sifat, attitude, tingkah laku kita gaakan pernah ada yang namanya pasangan yang bener2 cocok dan klik. Selalu ada warna-warna lain yang menyertai hubungan itu. Maka dari itu, sekarang nih kalau aku analogikan di mindset Alfia 19 tahun ya, hubungan kita dengan siapapun itu mau teman, pacar, keluarga, adalah seperti 3 segitiga. Lebih tepatnya, segitiga sama kaki. Sudut kanan bawah itu adalah kita, sudut kiri bawah adalah orang lain dan sudut tengah di antara nya adalah Allah. Gimana tafsirannya? Semakin kita mendekatkan diri dengan Allah, maka semakin dekat pula orang lain kepada kita. Maka dari itu, aku analogikan dengan segitiga sama kaki, yang akan selalu sama sudutnya. 

Balik lagi ke, cinta pada pandangan pertama. Di usia ku yang tahun depan akan memasuki dua dekade ini, aku semakin merasa bahwa cinta pada pandangan pertama itu tidak ada. Yang kita temukan pada pandangan pertama itu bukan cinta, tapi kagum dan suka. Mungkin benar kamu suka, kamu kagum tapi kalau pertanyaannya diubah apakah kamu siap mengorbankan segalanya demi orang yang baru pertama kali ditemui? Pasti hampir 90% mengatakan tidak. Sedangkan cinta yang sesungguhnya membutuhkan perjuangan, pengorbanan dan effort yang mungkin tidak ada tolak ukurnya. Benar, berawal dari suka dan kagum adalah muara dari rasa cinta. Tapi, apakah rasa cinta selalu diawali dari suka dan kagum? Belum tentu. 

Makin ke sini juga makin merasa bahwa, untuk akhirnya bisa menyatakan ada perasaan cinta itu butuh pengenalan, butuh proses, butuh waktu, butuh saling mengenal satu sama lain. Karena hati itu dipilih, bukan memilih. Sampai kapan kita selalu berkeyakinan bahwa kita memilih orang yang tepat instead of kita dipilih orang yang kita? Makin ke sini, makin susah untuk jatuh cinta. Bukan karena hati ini mengeras seperti batu, tapi semakin sadar bahwa tidak semua orang layak mendapat waktuku habis untuk memikirkan mereka. 

Pada akhirnya, semua pertanyaan yang dulu dilontarkan bisa dijawab dengan jawaban yang berbeda sesuai dengan umur yang menjawab. Ini bukan soal kelabilan, ini mengenai kedewasaan. 
Dulu, aku percaya. Sekarang, rasanya menimang saja enggan. 










If love at the first sight is real,  is rare. 

Comments

Popular posts from this blog

gimana kalo?

#4 Desember : RoadTo2024

Admiring People